BAB I
PEMBAHASAN
A.
IMPLEMENTASI
“Implementasi
adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang
terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”(Usman, 2002:70).
Pengertian
implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi
adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan
dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri
tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.
Menurut
Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi
Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan
sebagai berikut :
“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif”(Setiawan, 2004:39).
Pengertian
implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu
merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru
denganharapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh
birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan
pelaksana yang bisa dipercaya.
Menurut
Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik
mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut
: “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi
tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan
dalam rangka penyempurnaan suatu program”(Harsono, 2002:67).
B.
PEMBELAJARAN
PENJAS
Pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Jasmani atau dalam mata pelajaran di Indonesia dikenal
dengan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK), seyogyanya PJOK
dengan nuansa pedagogis memiliki tujuan menghasilkan kualitas gerak
manusia pada peserta didiknya, bukan semata-mata keterampilan gerak untuk
tujuan prestasi olahraga sebagaimana yang masih banyak dilaksanakan guru dalam
pembelajaran. Hal ini akhirnya bagaimanapun upayanya tidak pernah tercapai
usaha tersebut, karena ditempuh hanya dengan tatap muka sekali dalam seminggu.
Padahal menurut teori bahwa keterampilan gerak dapat dikuasai jika dilakukan
latihan yang berulang-ulang, apalagi untuk kebugaran jasmani bisa diperoleh
dengan latihan dan setelah 48 jam harus melakukan latihan kembali. Maka dalam
pembelajaran PJOK mustahil diperoleh keterampilan dan kebugaran jasmani, jika
guru tidak pernah menerapkan tugas mandiri dan non terstruktur diluar jam
pembelajaran.
Pada
konsep pembelajaran PJOK sebenarnya penerapan pendekatan scientifik telah lama
diterapkan, jika mengacu pada model-model pembelajaran menurut Muska Mosston (https://onopirododo.wordpress.com/2012/12/14/10-gaya-mengajar-menurut-moska-mosston/)
terutama selain model komando. Karena sekian banyak pemahaman guru PJOK
masih mengutamakan tujuan keterampilan olahraga (prestasi), sehingga
nilai-nilai pendidikan yang lebih utama sering dikesampingkan. Hal ini yang
mengakibatkan kompetensi Inti (Religius, Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan)
lebih didominasi pada keterampilan semata yang kurang memperhatikan ranah sikap
dan pengetahuan khususnya dasar-dasar kualitas gerak.
Berikut
diuraikan pendekatan scientific dalam pembelajaran PJOK sebagai dasar
dalam pelaksanaan dalam Kurikulum 2013, diharapkan akan menjadikan peserta
didik lebih berkembang kecerdasan majemuknya.
A. Pengertian Pendekatan Scientific
Kurikulum
2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach
pada proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam permendikbud no 81A tahun 2013
meliputi; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi,
mengomunikasikan.
Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘mengapa’. ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. ranah pengetahuan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu
tentang ‘apa’.
Hasil
akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran penjasorkes dapat disajikan seperti berikut ini:
1.
Mengamati
Mengamati
adalah proses mengenal objek melalui penggunaan indra yang dimiliki, misalnya
dengan melihat/menonton, mendengarkan, dan membaca. Sehingga peserta didik akan
memperoleh konsep awal dan menemukan permasalahan-permasalahan dalam materi
yang akan dipelajari. Proses ini juga menyebabkan peserta didik memahami obyek
secara nyata, senang, tertantang, dan memudahkan pelaksanaan proses
pembelajaran selanjutnya.
Contoh
kegiatan mengamati dalam pembelajaran materi pokok sepak bola:
Mencari
dan membaca informasi variasi dan kombinasi teknik teknik permainan sepak bola
(mengumpan, mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) dari
berbagai sumber media cetak atau elektronik. Proses pengamatan ini dapat
dilakukan sebelum atau sesudah pembelajaran.
Mengamati
pertandingan sepak bola secara langsung dan atau di TV/Video dan membuat
catatan tentang variasi dan kombinasi teknik dasar (mengumpan, mengontrol,
menggiring, dan menembak bola ke gawang) dan membuat catatan hasil pengamatan,
atau
Bermain
sepak bola dan yang lainnya mengamati pertandingan tersebut, dan membuat
catatan tentang kekuatan dan kelemahan variasi dan kombinasi (mengumpan,
mengontrol, menggiring, posisi, dan menembak bola ke gawang) yang dilakukan
oleh temannya selama bermain
2.
Menanya
Pada
proses ini guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan
berbagai masalah yang ditemukan pada saat proses pengamatan dengan berbagai
bentuk pertanyaan baik yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan kompetensi yang akan diraihnya.
Contoh
kegiatan menanya dalam pemainan sepakbola:
Pertanyaan
yang berhubungan dengan afektif: bagaimana jalannya permainan sepakbola bila
tidak didukung oleh kerjasama team?
Pertanyaan
yang berhubungan dengan keterampilan: bagaimana jalannya bola jika titik
perkenaan bola dengan kaki dirubah (bawah, tengah dan atas bola)?”, apakah
jarak titik tumpu berpengaruh terhadap kekuatan menendang bola?, berapakah
kekuatan di transfer ke bola sehingga bola sampai pada jarak yang diinginkan?.
Pertanyaan
yang berhubungan dengan kognitif: apa manfaat permainan sepak bola terhadap
kesehatan dan otot-otot yang dominan yang dipergunakan dalam permainan sepak
bola?
3.
Mengumpulkan informasi/eksperimen
Kegiatan
mengumpulkan informasi/eksperimen ini merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi
yaitu untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan terkait dengan pengembangan
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Contoh
kegiatan eksperimen dalam pemainan sepakbola:
Mengeksperimenkan
bermain sepak bola tanpa kerjasama tim
Mengeksperimenkan
cara menendang dengan merubah titik perkenaan kaki dengan bola secara
individual, berpasangan atau berkelompok dalam posisi di tempat dan
sambil bergerak dasar fundamental dengan menunjukkan nilai disiplin, menghargai
perbedaan, dan kerjasama.
4.
Mengasosiasi/menalar
Menalar
adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang
dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar
dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
beragam peristiwa untuk kemudian dijadikan sebagai dasar pembuatan keputusan.
Contoh
kegiatan menalar dalam pemainan sepakbola:
Mencari
hubungan antara titik perkenaan bola dengan kaki dikaitkan dengan arah gerak
bola sehingga mampu memilih alternatif terbaik.
Mencari
hubungan antara jenis tendangan dengan sasaran yang hendak dicapai sehingga
mampu memilih alternatif terbaik.
Mencari
hubungan antara permainan sepak bola dengan kesehatan dan kebugaran tubuh.
5.
Mengomunikasikan
Mengomunikasikan
adalah proses penyajian berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam
bentuk penyampaian informasi, peragaan keterampilan, dan sikap dalam
pembelajaran atau kehidupan. Contoh kegiatan mengomunikasikan dalam pemainan
sepakbola:
Melakukan
permainan sepak bola dengan menggunakan peraturan yang dimodifikasi dengan
menerapkan gerak dasar fundamental permainan sepak bola (mengumpan,
menghentikan, dan menggiring) serta menunjukkan sikap sportif,
kerjasama, bertanggung jawab, menghargai perbedaan, disiplin, dan
toleransi selama bermain.
C.
IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN PENJAS
Langkah-langkah
yang ditempuh seorang guru sebagai upaya penerapan gaya pembelajaran dalam
pendidikan jasmani melalui program penyetaraan dapat menguasai berbagai gaya pembelajaran
pendidikan jasmani.Ketepatan memilih dan menggunakan perlakuan gaya
pembelajaran dan kesesuaiannya dengan materi ajar pembelajaran pendidikan
jasmani, terutama yang berhubungan dengan pembelajaran gerak.Pendidikan
jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional,
dalam kerangka system pendidikan nasional. ( Depdiknas, 2003 ) Tujuan dan
fungsi pendidikan jasmani antara lain adalah :
a. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, melalui aktivitas jasmani.
a. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, melalui aktivitas jasmani.
b.
Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik,
akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas (out door education) Perlunya
seorang guru menerapkan pembelajaran yang sesuai
Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum yang di
sesuaikan, sehingga diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi
pada masing-masing mata pelajaran, dan tujuan dari pembelajaran tersebut dapat
tercapai dengan baik.Agartercapai tujuan tersebut guru dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran, baik dalam penggunaan media
maupun dalam strategi dan pendekatan pembelajaran itu sendiri.Dengan strategi
dan pendekatan pembelajaran yang tepat, guru akan dapat menciptakan suasana
belajar yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.Belajar akan lebih bermakna
dan menyenangkan bagi siswa bila siswa mengalami apa yang dipelajarinya. Agar
siswa dapat mengalami apa yang dipelajarinya, diperlukan pendekatan yang tepat.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional,
ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan
olahraga.
Untuk
dapat mencapai tujuan siswa dapat mengembangkan ketrampilan gerak dan
ketrampilan teknik, dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru harus
memiliki dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran maupun pendekatan, serta
mampu menggunakan alat-alat pembelajaran yang tersedia, maupun menciptakan atau
memodifikasi bentuk-bentuk permainan yang menarik siswa dalam
mengikuti pembelajaran.Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani,
guru diharapkan mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan
strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur,
kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan
pembelajaran guru dapat memberikan berbagai cara agar siswa termotivasi dan
tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Cara pelaksanaan pembelajaran kegiatan
dapat dilakukan dengan latihan, menirukan, permainan, perlombaan, dan
pertandingan,sehingga siswa dapat memperoleh situasi dan pengalaman
pembelajaran yang lebih konkret, bermakna serta menyenangkan.
Macam-macam
strategi pemebelajaran dengan metode pendekatan antara lain Pendekatan
konstektual,Pendekatan modifikasi,Pendekatan analisa gerak,Pendekatan bermain.
Pengertian
Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Kontekstual
*Merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
*Merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara
materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat .Dengan konsep ini, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.
Guru
dituntut untuk dapat mengkaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata
siswa,dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Pendekatan ini disebut
juga Contextual Teaching and Learning (CTL). Ada kecenderungan dewasa ini
untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangkapanjang.dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah
peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
*Penerapan
Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini:
-
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya
-
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inquiri untuk semua topik
-
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya.
-
Ciptakan masyarakat belajar.
-
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran
-
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
-
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara
Pengertian
Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Modifikasi
Pendekatan
modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar
proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah
menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya.Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani
dianggap penting untuk diketahui oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan
dengan mereka dapat menjelaskan pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan
apa yang dimodifikasi dan bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan
menerangkan beberapa aspek analisis modifikasi. Cara ini dimaksudkan untuk
menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi
bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru
memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang
diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru
pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus
dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.
Dalam
penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik
program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally Appropriate
Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memerhatikan
perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong ke arah
perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus sesuai dengan
tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya.
Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun
keterampilannya.
Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan karakteristik individu dan mendorongnya ke arah perubahan yang lebih baik.disini seorang guru pendidikan jasmani harus memahami betul tentang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan modifikasi.
Apa
yang dimodifikasi ?
Beberapa
aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang
tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya. Disamping
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi,
kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media
pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan
pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling
dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media
pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat diperlukan.minimnya sarana dan
prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut seorang
guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan
mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru
pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau
memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik
mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang
diberikan. Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit,
selokan dan sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat
direkayasa dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.
Dengan
melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas
siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya,
karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan
bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan
jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.
Mengapa
Dimodifikasi ?
Lutan
(1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
diperlukan, dengan tujuan agar :
a) Siswa
memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b) Meningkatkan
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c) Siswa
dapat melakukan pola gerak secara benar.
Pendekatan
modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Menurut
Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan
pertimbangan :
a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;
b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera pada anak;
a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;
b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi
cedera pada anak;
c)
Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih
cepat dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa
d)
Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada
anak-anak dalam situasi kompetitif.
Dari
pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan
sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya
pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik
anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang
dan gembira
Pengertian
Pembelajaran dengan Cara Pendekatan Analisa Gerak
Pendekatan
analisa gerak adalah suatu pembelajaran melalui teknik partisipatif untuk
membantu siswa membiasakan diri untuk menganalisa gerak agar termotivasi untuk
mampu mengoreksi gerakan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian
dirasa perlu guru pendidikan jasmani membiasakan diri menganalisa setiap gerak
yang dilakukan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan khususnya jasmani, agar
termotivasi untuk mampu mengoreksi gerakan siswa dalam proses belajar
mengajar.pendekatan ini mungkin sangat khusus yang artinya model pembelajaran
dengan cara pendekatan analisa gerak tidak mungkin di terapkan pada anak
tingkat sekolah dasar,melainkan pada tingkat SLTP,SLTA maupun Perguruan Tinggi.
Pembelajaran
ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh teknik pembelajaran partisipatif
terhadap kemampuan motorik dasar dan penguasaan keterampilan gerak, yakni
dengan memanipulasi program pendidikan jasmani melalui dua pendekatan teknik
pembelajaran, yaitu dengan teknik demostrasi dan teknik penggunaan alat bantu
pandang (visual aids).
D. TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI
DAPAT
DIKLASIFIKASI KE DALAM EMPAT KATEGORI :
Perkembangan
Fisik : Kemampuan melakukan aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari
berbagai organ tubuh.
Perkembangan
Gerak : Kemampuan melakuakan gerak secara efektif, efesien, halus, indah, dan
sempurna.
Perkembangan
Mental : Kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan
tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
Perkembangan
Sosial : Kemampuan siswa dalam menyesuaikan dari pada suatu kelompok atau
masyarakat.
E.
PEMURNIAN
OLAHRAGA
Pemurnian
olahraga dimulai dari pendidikan jasmani di sekolah. Nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani
diajari sejak di lingkungan sekolah, agar olahraga di Indonesia dapat
berkembang dan dipandang di Nasional, Asia maupun di Dunia. Sistem yang diajari
di sekolah menjadi harapan untuk perkembangan olahraga. Namun banyak sekali hal
yang harus di hindari untuk pemurnian olahraga di negara. Seperti unsur
politik, unsur bisnis, unsur alat negara, unsur pembinaan prestasi dan
pemetaan.
Olahraga sekarang ini
banyak sekali dicampurtangani dengan unsur politik yang berpengaruh besar terhadap
perkembangan olahraga. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami
dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan
posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi,
dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan
mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik
dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang
dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan negara.
Dengan demikian kata
politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu kehidupan politik yang lazim
dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan
unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation).
Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu
sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan
dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan
(decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu
menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas
dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan
itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang menyangkut
pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari
sumber-sumber (resources) yang ada.
Untuk bisa berperan
aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power)
dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu.
Cara-cara yang digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu
bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan
perumusan keinginan (statement of intent) belaka.
Politik merupakan upaya
atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang
beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara
atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa
aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik
dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah
politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals)
dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan
berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan
(individu).
UNSUR-UNSUR POLITIK
1. Partai politik
2. Kelompok kepentingan
3. Kelompok penekan
4. Alat komunikasi
politik
5. Tokoh politik.
Dalam perspektif
sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem
yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan
yang relatif tetap diantara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari
perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan
pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara
berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembinaan
yang dilakukan untuk perkembangan olahraga di negara haruslah dilakukan dengan
cara yang harus sistematis dan terprogram. Jangan campur adukkan ke dalam unsur
politik untuk kepentingan diri sendiri. Karena pemikiran seperti itu dapat
merusak perkembangan olahraga di negara.
Datar
Pustaka
https://ikadam23.wordpress.com/2009/11/06/penerapan-teknologi-pembelajaran-dalam-penjas/